Kamis, 28 Februari 2013

If you're not the one - daniel bedingfield


If you're not the one then why does my soul feel glad today?
If you're not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all

I never know what the future brings
But I know you are here with me now
We'll make it through
And I hope you are the one I share my life with

I don't want to run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is there any way that I can stay in your arms?

If I don't need you then why am I crying on my bed?
If I don't need you then why does your name resound in my head?
If you're not for me then why does this distance maim my life?
If you're not for me then why do I dream of you as my wife?

I don't know why you're so far away
But I know that this much is true
We'll make it through
And I hope you are the one I share my life with
And I wish that you could be the one I die with
And I pray in you're the one I build my home with
I hope I love you all my life

I don't want to run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am
Is there any way that I can stay in your arms?

'Cause I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away
And I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today
'Cause I love you, whether it's wrong or right
And though I can't be with you tonight
You know my heart is by your side

I don't want to run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am
Is there any way that I can stay in your arms?           
Read More »»

Rabu, 27 Februari 2013

mbak nisa...


Senyummu yang selalu hangat membayang lagi di depan mata. Dirimu yang bagai tiang kokoh yang menopang keluarga ini untuk tetap berdiri. Peluk rangkulmu yang selama ini menghadirkan kehangatan. Sosok keibuan yang meredam keliaran anak-anak liang. Betapa terasa begitu pincangnya keluarga ini setelah kepergianmu. Kini, sudah pasti ‘rumah’ ini tak lagi sehangat dulu.

Apa kabarnya disana, mbak? Apa yang mbak lihat dari atas sana? Mungkin dunia ini sudah terlalu kacau balau untuk ditinggali oleh dirimu yang lurus hatinya. Tuhan di atas sana jauh lebih menyayangimu dibandingkan kami yang kau tinggalkan ini. seperti pepatah lama yang entah datangnya dari mana, “orang baik akan lebih cepat dijemput.” Ketegaran yang selama ini kau perlihatkan, dan segala macam kesulitan yang pandai kau sembunyikan telah mengajariku banyak hal. Mbak masih saja memompa semangat untuk orang-orang disekitar, walau mbak sendiri bersusah payah untuk bersemangat. Mbak selalu tertawa, menebar bahagia, bahkan disaat mbak terbaring di rumah sakit pun, mbak masih saja bisa berkata dengan riang, “aku beneran gak sakit, kok!”

Benar kata ayahku, ajal itu misteri. Belum tentu orang yang selama ini sakit-sakitan bisa meninggal lebih dahulu dibandingkan orang yang sehat bugar. Selama ini, mbak-lah yang sering menemaniku bolak-balik ke dokter, menemaniku ke rumah sakit. Bahkan mbak pula yang paling panik disaat aku mendadak harus masuk UGD. Apa kata mbak saat itu? “kamu itu kan! Gak usah bandel-bandel kenapa? Kenapa kamu paksain tubuh kamu terus?!”. Hmm, aku masih ingat betul wajahmu saat itu, mbak. Marah, gemas melihatku yang saat itu juga hanya bisa cengar-cengir membalas tatapan sebalmu. Aku sangat mengerti, saat itu mbak-lah yang paling khawatir padaku, padahal disaat itu mbak sendiri pun sedang di gerogoti penyakit. Selama ini aku berpikir, usiaku mungkin tak lebih panjang dari orang-orang sekitar yang aku sayangi, termasuk mbak. Tapi ternyata, mbak-lah yang pergi lebih dahulu..

Berita itu terasa seperti petir yang tiba-tiba menyerangku, mbak. Bagaimana bisa? Walau memang terakhir kali mbak kembali di rawat di rumah sakit, tapi bagaimana bisa mbak pergi secepat itu?? Aku marah pada semua orang yang mengabarkan berita itu. Kenapa di hari itu, dengan tega-nya mereka semua membuat lelucon bahwa mbak sudah pergi untuk selamanya? Apa-apaan ini? bukannya mbak sudah mulai sehat?? Bukankah mbak pun sudah mulai bisa pergi ke kampus? Lalu kenapa mereka jahat sekali mengabarkan hoax semacam itu?? Aku rasanya ingin mengamuk di hari itu. Menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa mbak pergi sebelum aku menjadi adik yang baik untuk mbak?

Padahal, rasanya baru kemarin aku curhat ini itu. Termasuk tentang ‘mas-mas itu’. Baru kemarin mbak masih menggodaku soal ‘mas-mas itu’, baru kemarin juga mbak tertawa terbahak-bahak karena anak satu liang membuat mukaku seperti kepiting rebus dengan menyebut-nyebut nama ‘mas-mas itu’ di depanku. Rasanya juga baru kemarin aku melihat mbak bercerita dengan girang soal mas-mas yang mbak kagumi selama ini, berseru heboh saat orang itu menjenguk mbak di rumah sakit. Andai saja aku bisa membuat mas yang mbak kagumi itu memberi kenangan yang lebih indah, sebelum mbak benar-benar pergi.

Tak ada lagi, tak akan pernah ada lagi yang bisa menggantikan posisi mbak di hati kami. Karena itulah, liang kini terasa lebih hampa tanpa tawa mbak. Dinding-dindingnya terasa dingin tanpa kehangatan mbak..
Semoga disana, mbak sekarang bisa beristirahat dengan tenang ya mbak :’)

semoga Allah selalu menjaga mbak disana, mengampuni segala dosa yang sempat mbak perbuat, melapangkan rumah mbak sekarang ini, meneranginya, mengirimkan malaikat yang baik hati untuk menemani mbak disana. Mbak, entah kapan itu, kita bakal bertemu lagi. Jadi, sabarlah menunggu kami mbak :’D

Khoirunnisa Andryani, andai masih bisa melihat tawamu lagi, mbak. :')


Ps : bg aul bilang makasih, mbak. Karna udah menganggap aku adek selama ini. aku juga, entah gimana ingin membalas semua kebaikan mbak selama ini. terima kasih karena udah mau menganggap aku seperti adek mbak yang sebenernya. Dan maaf, bahkan hingga terakhir aku hanya menjadi adek yang merepotkan. :')

Read More »»

Jumat, 22 Februari 2013

masa transisi : disorientasi(?)

Hujan lebat, malam, dan sendirian.

Di depan layar laptop ini saya mencoba kembali menulis sesuatu di blog ini. Blog berdebu yang tak terawat efek dari kesibukan si tuan rumah. Semester tiga yang konon disebut-sebut sebagai 'semester dewa' pun lewat sudah, dan kesibukan tiada tara di semester empat membayang di depan mata. Mungkin setelah satu tulisan kecil ini, si pemilik blog akan kembali menghilang dari dunia perblog-an -_-

Entah baiknya mulai dari cerita yang mana. Yang jelas, belakangan ini saya semacam mengalami disorientasi. Belum ngerti juga sih sebenarnya, apa makna dari disorientasi itu. Yang jelas, belakangan ini saya merasa kehilangan 'jiwa' di tengah bara semangat *cuih, lebay*. Merasa belakangan ini nggak menjadi diri sendiri. Merasa nggak mengenali diri sendiri lagi, merasa ada 'saya' yang lain yang tiba-tiba muncul dan pelan-pelan mengusir saya yang asli si pemilik tubuh ini. saya pernah baca sebuah novel, tentang seseorang yang 'memiliki' tiga orang yang berlainan dalam dirinya sendiri. Menurut cerita novel itu, orang yang begitu berarti memiliki penyakit autis. Autis yang bener-bener autis secara medis. Dan sekarang, saya merasa ada 'dua' orang dalam satu tubuh ini. jadi?

Bukan, tentu saja saya bukan anak autis. Saya terlahir sebagai anak normal yang tak punya 'dunia lain' seperti yang dimiliki oleh setiap anak autis di dunia ini. Saya normal, hanya saja, mungkin karena masa yang disebut sebagai masa transisi ini, saya terkadang menjadi orang lain. Biasanya dulu saya merasa bebas berceloteh, bercuap-cuap ria membagi setiap hal yang saya pikirkan dengan orang-orang disekitar. Ada yang bilang saya ini orangnya rada-rada heboh dan sulit untuk diam. Tapi belakangan ini, saya menjadi agak sedikit pendiam, lebih sering menyimpan semuanya di dalam hati atau membiarkannya menguap dengan sendirinya di dalam pikiran. Ada 'seseorang' yang sering membungkam mulut saya ketika saya ingin cerita ini-itu dengan teman-teman dekat. Ada 'saya' yang lain yang selalu menahan saya untuk tidak menceritakan hal-hal yang semrawut dalam pikiran kepada orang lain. "cerita dalam hati saja!" kata 'saya' itu pada saya. Dan itu membuat saya jengah karena tidak betah menjadi seseorang yang lain. Seringkali ekspresi wajah saya yang muncul dihadapan orang-orang sekitar itu adalah ekspresinya si 'saya' yang tentunya bertolak belakang dengan saya sendiri. Banyak hal yang dulunya saya sukai, namun kini jadi hambar karena 'saya' tak menyukai hal-hal yang saya sukai tersebut. Jadilah saya dan 'saya' itu sekarang sering bertengkar, meributkan banyak hal, saling tuding ini dan itu, di satu tubuh ini. Membuat saya pusing sendiri -_-



Apa sebenernya yang saya alami ini? saya menyebutnya dengan disorientasi, semacam kehilangan orientasi. Sekali lagi, entah apa makna dari disorientasi itu sebenarnya. Tapi kalau menurut kamus hidup saya, apa yang sedang saya alami inilah makna dari disorientasi itu. Oke, tak perlu membahas panjang lebar soal makna disorientasi ini, karena penjelasan tentang 'saya' dan saya saja sudah cukup membuat rumit isi tulisan ini. Yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa sekarang saya jadi begini?
Hufhh..

belakangan memang banyak hal yang terjadi. Terlalu banyak yang dipikirkan. Terlampau rumit yang dirasakan. Sampai sekarang saya masih berduka karena kepergian seorang kakak senior yang sudah seperti kakak saya sendiri. Sudah hampir dua bulan, saya kehilangan tempat untuk mengekspresikan diri. Kehilangan tempat curhat, kehilangan seseorang yang bijak dengan petuah-petuah kedewasaannya. Bahkan rasanya masih belum bisa percaya, kalau sekarang kita sudah berada di dunia yang berbeda. Semoga kakak beristirahat dengan tenang sekarang, di tempat yang terbaik disisiNya :') (amiin).

Ini juga mungkin efek dari sepenggal cerita dari berlembar-lembar kisah hidup saya. Sepenggal cerita yang tak ingin saya sebut-sebut lagi. Sepenggal cerita yang juga tak akan saya ungkapkan disini. Sepenggal cerita yang sekarang sangat ingin saya lupakan.

Mungkin juga, karena saya sudah terlalu kangen ingin pulang ke rumah. Mengingat ibu saya yang belakangan sering sakit, mengingat ayah saya yang tiap hari semakin letih mencari biaya hidup saya disini. Mengingat adek-adek yang begitu cepat tumbuh besar (sedih rasanya melihat mereka tumbuh begitu cepat tanpa saya T.T). Atau mungkin juga karena banyak hal-hal lain yang dilarang 'saya' untuk saya ceritakan disini. whateverlah.. mungkin memang inilah masa transisi itu. -__-

#efek hujan lebat

Read More »»