Jumat, 23 September 2011

Celoteh gaje

Karma. Aku menyebut ini sebagai karma. Ya… mungkin ini yang harus aku rasakan agar bisa mengerti perasaan orang lain. Cukup pilu dan berlinang air mata ternyata. Selama ini aku selalu berpikir, apa rasanya menjadi ‘mereka’? sedihkah? Tabahkah? Bisakah mereka melupakan tanpa merasa tersakiti?

Pertanyaan demi pertanyaan itu kini separuhnya bisa terjawab. Terjawab oleh memar-memar hati yang kini aku rasakan. Luka yang sebenarnya aku sendiri yang membuatnya. Seperti luka ‘mereka’, luka yang mereka buat sendiri. Memar, tak berdarah namun tetap saja terasa ada yang sakit bila tersentuh. Ah, hati ini lemah sekali.

Aku yakin, setiap luka selalu ada obatnya, setiap duka selalu ada akhirnya, setiap pilu selalu ada ujungnya. Tak akan selamanya begini, kan? Mungkin memang butuh waktu. Entah sampai kapan. Tapi segeralah, segeralah luka ini sembuh. Luka dari AKU yang bodoh.

Ternyata beginilah sesaknya. Melihat kenyataannya yang ternyata tak semanis kesan pertama. Aku telah terjebak bahkan pada langkah awalku. Benar-benar masuk perangkap halus ini. Perangkap yang menyebalkan ini. AKU yang bodoh! mudah percaya pada penglihatan pertama. Mudah meyakini pada kesan pertama.

Semua yang susah payah aku rangkai, hampir lebur begitu saja. Hanya karena beberapa hari yang aku lalui ini. Beberapa hari?! Sungguh aku merasa menjadi manusia BODOH.
Berjalan di tanah yang sama, memandang langit yang sama. Namun ternyata berbeda dunia.. duniaku tak pantas menjadi dunia itu. Tak boleh menjadi dunia ‘itu’. Karena itulah… sesekali dalam helaan nafasku, aku berharap dunia ‘itu’ yang nantinya perlahan akan berubah. menjadi dunia yang sama dengan dunia yang aku pijak ini.

Walau itu terlihat hanya mimpi belaka. Sulit, pastinya akan sulit. Dunia yang berbeda akan sulit untuk berputar bersama. Berotasi beriringan. Tidak mungkin karena itu akan sangat sulit.

Jadilah aku hari ini, berusaha berkutat hanya di dunia yang kondusif untukku ini. Berusaha untuk tidak mengintip dunia yang membuatku merasa perih itu. Karena di dunia itu aku menemukan hal yang tidak ingin aku temukan. Jadi aku berharap, dunia itu pun tak usah lagi peduli pada apa yang aku lakukan. Tak perlu lagi mengajakku bicara, tak perlu lagi membuatku merasa hangat.




Don’t treat me like a little pussy, please. Karena aku bukan kucing kecil yang butuh di kasihani. Biarkan aku, dengan duniaku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar