Kamis, 15 Maret 2012

waktunya menjadi dewasa, waktunya untuk bersemangat :)


*fiuuuuuhhh…
wah, nyaris berdebu blog ini ternyata. Sudah sebulan tidak lagi mengurai kata disini. Haah… sebenarnya selama sebulan ini kata per kata hadir dalam pikiranku, ingin segera di tuang di blog ini. Tapi kuliah semester genap ini ternyata benar-benar merebut waktu luangku. Sibuuuuukkk….. *sok2an. Hehe

Tapi bener, melelahkan rasanya. kembali berhadapan dengan materi-materi kuliah yang banyak dan sulit. Malam-malamku kembali di temani oleh tugas maupun laporan. Belum lagi beban pretest setiap hari yang menjanjikan. Menjanjikan kalau soalnya sulit! Beuuuh… hingga terkadang aku tenggelam dalam pengandaian.. andai saat ini masih putih abu-abu..

Bangga sih, saat aku *sok* sibuk mondar-mandir dimacam-macam laboratorium dengan jas lab-ku. lengkap dengan masker dan gloves. Melewati praktikum ini dan itu. akrab dengan mikroskop, dengan macam-macam spesimen awetan yang bau formalinnya bikin mual-mual, dengan alat-alat labor, dan dengan mbak, mas asisten labor yang hebat-hebat. Berasa jadi ilmuwan yang sebenarnya walau ilmu masih cetek sekali.  :D tapi…. 

Capeeeeeeeeeeeeekk… iya. Letih sekali rasanya. hari sabtu dan minggu yang sebenarnya di jadwalkan untuk mengistirahatkan badan terkadang terganggu dengan jadwal lain yang masih berbau kampus. Kalau sakit kumat, atau bener-bener butuh istirahat di tengah himpitan tugas, aku jadi kangen rumah :(

Hm. Mana boleh aku ngeluh begini kan?

Yaaaaaapp! Mana boleh aku mengeluh disaat di luar sana masih ada yang mampu berjuang lebih keras lagi bahkan dalam keadaan yang jauh lebih terbatas lagi. saat ini aku sadar, letih yang aku hadapi ini kelak juga akan mendewasakan aku. Membuatku siap menghadapi dunia masa depan yang mungkin mengerikan dan lebih berliku. Aku tidak ingin terus menerus di virusi oleh galau! Ga mauuuuu! X(

Karena itu aku harus bangkit, bertahan, dan tetap melangkah :)
Masalah-masalah yang aku hadapi seiring jalan mendewasakan aku. Setidaknya, menurut kacamata-ku begitu. Semakin sering terbentur oleh masalah, rasanya semakin lapang hati ini menerima semua keadaan. ya, walau belum stabil, tapi kini aku merasa sudah beranjak dewasa. :) :) :)

Demi adik-adikku yang juga rindu aku, demi orangtua-ku yang selalu menyebut namaku dalam doanya, demi orang-orang yang aku cintai. Aku tak boleh lama-lama tenggelam dalam masalah, tenggelam tanpa penyelesaian. Diantara siapa-pun orang di dunia ini, merekalah yang paling penting dalam hidupku. Mereka. Umi, abi, dan adek-adekku. Aku tahu aku harus fokus untuk sukses disini. Menikmati keletihan-keletihan ini. Karena disana.. mereka-pun berjuang untuk aku.

Semangat, zhr :)

seperti yang kau katakan, menggapai langit :)
#untuk seseorang.. aku juga ingin kau terus bersemangat mengejar mimpi-mimpimu. Menemukan potongan-potongan langit hingga nanti semuanya ada dalam genggamanmu. Aku mengajakmu untuk melupakan masalah “itu” sejenak. Setidaknya, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk di sia-siakan hanya dengan memikirkan masalah “itu”. aku yakin kau tahu apa yang aku maksud. Bahkan bagiku ini berat. Berat rasanya, entah bagaimana denganmu. Tapi yang pasti, kau harus selalu punya lilin kecil di hatimu. Hingga jika aku tak ada, masih ada yang bisa menerangimu. Kelak, mungkin ada waktunya kita bisa saling berbagi lilin, saling menerangi. Bahkan mungkin, kelak kita sendiri-lah yang akan menjadi lilin itu. yap, kelak.. 


1 komentar:

  1. Di Jogja


    di jogja, tentang para perantau seetnis dan ragam kisah sejarah
    republik itu, telah kucoba maknai dari langkah sepatuku yang letih.
    dalam kebutaanku pada alamatmu, dan kesendirian yang direnyah-renyahkan
    di sudut kawasan bulaksumur. o, betapa suara-suara
    seminar di pagi itu kusurukkan jua di sebuah toko buku diskon dan meja
    cafe yang sepi.
    menikmati puisi dan cerpen koran minggu, jus mangga dan sekotak
    nasi kucing, begitu terasa asing. terasa asing di provinsi yang baru saja
    melap tangisnya dalam zikir dan doa.

    aku tahu, rahasia tulang rusuk bukan kuasaku.

    di jogja, betapa perempuan-perempuan yang sama kepala denganmu
    banyak kusaksikan menyelinap dalam musim otak berkisar empat tahun itu.
    menyandang tas, menggenggam rindu kota kelahiran,
    dan bersepeda di sekitar taman-taman hijau itu. ah, begitu berwarnanya
    usiamu kubayangkan. kubayangkan di kota ini sebuah penginapan,
    stasiun kereta, angkringan, serta malam seminar yang ringan,
    selalu saja, selalu saja wajahmu melekat di dalamnya.

    Yogyakarta, 2011

    BalasHapus