Selasa, 14 Agustus 2012

belum tentu!


Belum tentu! Belum tentu mereka yang berjilbab dalam lebih baik daripada mereka yang baru-baru belajar berjilbab.

Belum tentu mereka yang begitu menjaga pandangan lebih baik daripada mereka yang baru-baru mengerti tentang hijab.

Belum tentu mereka yang punya banyak kontribusi dalam dakwah lebih baik daripada mereka yang baru saja melangkah.

Belum tentu mereka yang qiyamnya rutin lebih baik daripada mereka yang baru belajar disiplinkan shalat yang lima waktu.

Belum tentu mereka yang suaranya indah saat mengaji lebih baik daripada mereka yang masih terbata-bata melafadzkan huruf-huruf al-qur’an.

Belum tentu mereka yang menutup telinga dari lagu-lagu non religi lebih baik daripada mereka yang baru saja mengenal nasyid.

Belum tentu mereka yang anti pacaran lebih baik daripada mereka yang baru saja memahami cinta karena Allah.

Belum tentu!
belum tentu dirimu yang ibadahnya banyak bisa lebih baik dari mereka yang baru saja belajar shalat. Belum tentu dirimu yang sering puasa sunnah bisa lebih baik dari mereka yang puasa wajibnya pun masih bolong-bolong. Belum tentu dirimu yang banyak menghafal al-qur’an bisa lebih baik dari mereka yang baru saja belajar membacanya. Belum tentu semua kebaikanmu di dunia bisa menjaminmu langsung masuk surga, dan belum tentu mereka yang sedikit sekali amalnya di dunia sudah dipastikan masuk neraka. Adakah jaminannya?

Banyak beribadah, banyak mengerti ilmu agama, menjadi aktifis dakwah, belum tentu menjadikan diri kita lebih suci dari yang lain. hingga terkadang ada saja hawa kesombongan masuk memenuhi hati. Merasa diri ‘lebih baik’ karena lebih banyak hafalan qur’an-nya. Merasa ‘lebih baik’ karena luas wawasan islaminya. Merasa ‘lebih baik’ karena bisa berkontribusi lebih banyak dalam dunia dakwah. Dan hal-hal baik lainnya yang membuat diri terkadang merasa ‘lebih baik’ dari orang-orang sekitar yang ibadahnya masih tersendat-sendat.

Tahukah kamu bahwa setan sudah berjanji tak akan pernah tidur hingga manusia semuanya bisa tersesat? Dengan segala cara mereka gunakan untuk merendahkan derajat kita di hadapan penghuni langit. Menghasut hati-hati manusia agar ingkar pada Rabb yang menciptakannya. Menarik manusia agar berbelok dari jalan yang lurus.

Ketika setan sudah merasa tak bisa lagi mengajak kita untuk lalai dari beribadah. Tak bisa lagi mengajak kita untuk bermalas-malasan dalam dakwah. Maka saat itulah setan menggunakan celah terakhirnya untuk meluluhlantakkan semua pertahanan ibadah yang sudah kita lakukan. Celah yang sempit, namun ketika setan berhasil masuk lewat celah itu, habislah sudah ‘nilai’ kita di hadapan langit. Celah kesombongan. Dari satu benih kesombongan yang setan semai di hati kita, maka hancurlah semua pohon-pohon amal yang sudah lama kita rawat. Tak bernilai, berbalik malah memberatkan timbangan dosa. Na’udzubillahi mindzalik...

Karena siapa tahu, mereka yang baru saja mengerti islam memiliki hati yang lebih bening daripada kita. Karena siapa tahu, mereka yang baru saja tobat karena segunung dosa, memiliki rasa takut pada Allah yang lebih besar daripada kita. Karena bisa jadi, justru merekalah yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi di mata Allah daripada kita. Hanya Allah yang berhak menilai keimanan manusia, bukan kita.

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia(karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”(QS. Luqman : 18)

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.”( QS. Al-Isra’ : 37)

Lalu, masihkah kita merasa lebih baik? Lebih suci?


1 komentar: