Jumat, 22 Februari 2013

masa transisi : disorientasi(?)

Hujan lebat, malam, dan sendirian.

Di depan layar laptop ini saya mencoba kembali menulis sesuatu di blog ini. Blog berdebu yang tak terawat efek dari kesibukan si tuan rumah. Semester tiga yang konon disebut-sebut sebagai 'semester dewa' pun lewat sudah, dan kesibukan tiada tara di semester empat membayang di depan mata. Mungkin setelah satu tulisan kecil ini, si pemilik blog akan kembali menghilang dari dunia perblog-an -_-

Entah baiknya mulai dari cerita yang mana. Yang jelas, belakangan ini saya semacam mengalami disorientasi. Belum ngerti juga sih sebenarnya, apa makna dari disorientasi itu. Yang jelas, belakangan ini saya merasa kehilangan 'jiwa' di tengah bara semangat *cuih, lebay*. Merasa belakangan ini nggak menjadi diri sendiri. Merasa nggak mengenali diri sendiri lagi, merasa ada 'saya' yang lain yang tiba-tiba muncul dan pelan-pelan mengusir saya yang asli si pemilik tubuh ini. saya pernah baca sebuah novel, tentang seseorang yang 'memiliki' tiga orang yang berlainan dalam dirinya sendiri. Menurut cerita novel itu, orang yang begitu berarti memiliki penyakit autis. Autis yang bener-bener autis secara medis. Dan sekarang, saya merasa ada 'dua' orang dalam satu tubuh ini. jadi?

Bukan, tentu saja saya bukan anak autis. Saya terlahir sebagai anak normal yang tak punya 'dunia lain' seperti yang dimiliki oleh setiap anak autis di dunia ini. Saya normal, hanya saja, mungkin karena masa yang disebut sebagai masa transisi ini, saya terkadang menjadi orang lain. Biasanya dulu saya merasa bebas berceloteh, bercuap-cuap ria membagi setiap hal yang saya pikirkan dengan orang-orang disekitar. Ada yang bilang saya ini orangnya rada-rada heboh dan sulit untuk diam. Tapi belakangan ini, saya menjadi agak sedikit pendiam, lebih sering menyimpan semuanya di dalam hati atau membiarkannya menguap dengan sendirinya di dalam pikiran. Ada 'seseorang' yang sering membungkam mulut saya ketika saya ingin cerita ini-itu dengan teman-teman dekat. Ada 'saya' yang lain yang selalu menahan saya untuk tidak menceritakan hal-hal yang semrawut dalam pikiran kepada orang lain. "cerita dalam hati saja!" kata 'saya' itu pada saya. Dan itu membuat saya jengah karena tidak betah menjadi seseorang yang lain. Seringkali ekspresi wajah saya yang muncul dihadapan orang-orang sekitar itu adalah ekspresinya si 'saya' yang tentunya bertolak belakang dengan saya sendiri. Banyak hal yang dulunya saya sukai, namun kini jadi hambar karena 'saya' tak menyukai hal-hal yang saya sukai tersebut. Jadilah saya dan 'saya' itu sekarang sering bertengkar, meributkan banyak hal, saling tuding ini dan itu, di satu tubuh ini. Membuat saya pusing sendiri -_-



Apa sebenernya yang saya alami ini? saya menyebutnya dengan disorientasi, semacam kehilangan orientasi. Sekali lagi, entah apa makna dari disorientasi itu sebenarnya. Tapi kalau menurut kamus hidup saya, apa yang sedang saya alami inilah makna dari disorientasi itu. Oke, tak perlu membahas panjang lebar soal makna disorientasi ini, karena penjelasan tentang 'saya' dan saya saja sudah cukup membuat rumit isi tulisan ini. Yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa sekarang saya jadi begini?
Hufhh..

belakangan memang banyak hal yang terjadi. Terlalu banyak yang dipikirkan. Terlampau rumit yang dirasakan. Sampai sekarang saya masih berduka karena kepergian seorang kakak senior yang sudah seperti kakak saya sendiri. Sudah hampir dua bulan, saya kehilangan tempat untuk mengekspresikan diri. Kehilangan tempat curhat, kehilangan seseorang yang bijak dengan petuah-petuah kedewasaannya. Bahkan rasanya masih belum bisa percaya, kalau sekarang kita sudah berada di dunia yang berbeda. Semoga kakak beristirahat dengan tenang sekarang, di tempat yang terbaik disisiNya :') (amiin).

Ini juga mungkin efek dari sepenggal cerita dari berlembar-lembar kisah hidup saya. Sepenggal cerita yang tak ingin saya sebut-sebut lagi. Sepenggal cerita yang juga tak akan saya ungkapkan disini. Sepenggal cerita yang sekarang sangat ingin saya lupakan.

Mungkin juga, karena saya sudah terlalu kangen ingin pulang ke rumah. Mengingat ibu saya yang belakangan sering sakit, mengingat ayah saya yang tiap hari semakin letih mencari biaya hidup saya disini. Mengingat adek-adek yang begitu cepat tumbuh besar (sedih rasanya melihat mereka tumbuh begitu cepat tanpa saya T.T). Atau mungkin juga karena banyak hal-hal lain yang dilarang 'saya' untuk saya ceritakan disini. whateverlah.. mungkin memang inilah masa transisi itu. -__-

#efek hujan lebat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar