Aku sudah terbiasa. Seperti tadi. Beberapa menit sebelum
ujian responsi dimulai. Ditengah hiruk pikuk suara orang-orang yang
mendiskusikan materi ujian, ngiung menderu seiring komat-kamit mulut mereka, terduduk
diantara 200 mahasiswa yang sama-sama menanti bel berbunyi. Di koridor sempit,
benar-benar di tengah keramaian yang menyesakkan. Aku sendiri, terdiam, duduk
berjongkok menatap langit-langit. Sesekali menoleh kanan dan kiri, masih dengan
mulut yang bungkam. Sesak. Sesekali mendesah, menghela nafas panjang, menggigit
bibir, mengepalkan tangan..
Seperti yang aku bilang, aku sudah biasa. Menahan sakitnya
sendirian di tengah keramaian..
“menyebalkan! Kenapa selalu datang semaunya? Aku mau ujian,
sebentar lagi! apa tidak bisa kita tunda setelah ujian ini selesai? Setelah
itu, terserah. Mau berjam-jam pun kau menggerogoti jantungku, aku siap.”
Setidaknya, aku ingin kejelasan. Jika kau memang ingin
berlama-lama ditubuhku, bilang. Katakan padaku dengan jujur, atau katakan pada
dokter yang memeriksaku. Jangan datang dan pergi begitu saja, jangan membuat
aku bingung. Jangan mengganggu hidupku yang aku harap masih panjang ini! aku
tahu, mungkin bukan karenamu aku akan mati, tapi karenamu, hidupku tidak akan
pernah tenang..
#ya Allah.. bukan maksud mengutuki takdir terindah yang
telah kau rancang untukku. Hanya saja, terkadang aku bertemu dengan titik
jenuh. Lelah terus dipermainkan olehnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar