Kabar itu membuat nafsu makanku
mendadak hilang. Bukan karena saking buruknya sebuah kabar itu, bukan.. Tapi
justru karena sebaliknya. bisa dibilang.. mendengar kabar itu aku seolah-olah
menemukan sebuah oase di tengah padang pasir yang terik. Bulu kuduk-ku
merinding, hatiku meletup-letup. Kabar ini kabar bahagia. Lalu, kenapa nafsu
makanku hilang? Hmm, entahlah. Entah apa yang bereaksi dalam tubuhku saat
mendengar kabar menggembirakan ini sehingga rasa laparku bisa menguap begitu
saja..
Hm.. mungkin sebenarnya kabar ini
belum-lah utuh sebagai sebuah kabar gembira. Masih berupa sebuah kesempatan
untuk mendapatkan ‘kabar bahagia’ itu. Tapi hatiku sudah terlanjur mengucap
syukur. Allah telah memperlihatkan pintu itu padaku. Pintu menuju jalan keluar
dari permasalahan yang aku hadapi kini. Ah, bukan masalah sih sebenarnya, tapi
hanya sesuatu yang sesekali mengganggu pikiranku. Dan saat pintu itu kini
terlihat di depan mataku, hatiku mulai merasa lega.
Kabar apa itu?
Hm.. hm.. Aku masih belum bisa
menuliskannya disini. Kabar ini masih berupa ‘kesempatan’, bukan sesuatu hal
yang kini sudah ada dalam genggamanku. Untuk sekarang, aku hanya dapat menatap ‘pintu’ itu, tapi belum bisa
memasukinya. Masih ada bebrapa proses yang harus aku tempuh untuk dapat memasukinya.
Masih ada beberapa langkah lagi menuju pintu itu. jadi, aku belum bisa
mengabarkannya pada banyak orang, sekarang. Semoga saja, semoga pintu yang
sudah Allah perlihatkan itu benar-benar bisa aku masuki. Karena [entah bagi
orang lain] bagiku, kabar ini begitu berarti.
Mungkin ini terkesan berbelit. aku
sendiri bingung mekmaknai kalimat-kalimat di atas. Aku hanya ingin mencoba
mengurai rasa syukur ini. Ketika aku dihadapkan pada KuasaNya, pada
keadilanNya, pada kasih sayangNya. Yang kali ini kembali membuat air mataku
setetes dua tetes menyembul dari sudut mataku. Aku terharu. Terharu akan
cintaNya yang tak pernah habis untukku, padahal aku seringkali melupakanNya di
sela-sela langkahku disini. Padahal aku masih saja berlangganan untuk lalai
dalam menjalankan perintahNya. Padahal aku masih sering menduakanNya dengan
hal-hal dunia yang sebenarnya sama sekali tak menjanjikan kebahagiaanku.
Tapi Allah, selalu mengingatku.
Selalu mendengar doaku. Selalu
menuntunku ketika aku kehilangan arah. Selalu melapangkan hatiku ketika terasa
sempit. Selalu, selalu menerima aku kembali walau dengan segunung dosa.. hari
ini, ketika telingaku mendengar kabar itu, hatiku bergetar. Karena aku
merasakan dekatnya Allah. Karena aku merasakan Maha Mendengarnya Ia..
Aku menatap tulisan-tulisan
penyemangat di dinding kamarku. Mataku terpaku pada sebuah kalimat,
“Allah tahu, tapi menunggu. Semua
akan indah pada waktunya.”
semua ada waktunya. semoga
kesempatan ini dapat aku genggam. Semoga aku bisa memasuki pintu itu. Semoga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar